Selasa, 25 Oktober 2022

Miskin harta belum tentu membuat kita miskin ilmu

              MISKIN HARTA KAYA ILMU

Ketidakpunyaan harta bukan berarti tidak bisa bersekolah atau berkuliah. Karena sejatinya ilmu itu bukan dihitung dari uang akan tetapi dihitung dari seberapa kita niat untuk bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu tersebut.
      Kisah ini bermula dari seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana. anak tersebut bernama Mustofa khairurrahman yang sekarang sudah menjadi mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.
Nama panjang Mustofa khairurrahman dengan nama panggilan ifan, Cukup unik sih dengan nama yang kontroversi seperti itu. Biasanya kalau pas waktu sekolah aku biasa di panggil dengan nama Mustofa oleh guru-guruku dan entah kenapa guru-guruku memanggilku dengan sebutan nama yang demikian, entah itu karena awal nama panjangku Mustofa atau apa aku tidak tau. Padahal aku sudah menginformasikan bahwasanya nama panggilanku itu ifan “I,F,A,N”.
Tidak hanya di sekolah saja aku di panggil dengan nama Mustofa akan tetapi pas waktu pertama masuk kuliah sampai sekarang namaku tetap Mustofa di kalangan dosen-dosen. “ Nasib punya nama panggilan yang tak selaras dengan nama panjang “ ujarku dalam hati sambil mengelus dada. 
      Tak kenal maka tak sayang, maka dari itu aku akan mengenalkan diriku sebagai tokoh dari cerpen ini.
Nama Mustofa khairurrahman dengan nama panggilan ifan, saya berasal dari sumenep dan di Universitas Trunojoyo Madura saya mengambil jurusan atau prodi Sosiologi. Bukan tanpa alasan saya mengambil jurusan itu, akan tetapi karena saya suka berorganisasi dan suka berinteraksi serta berwawancara dengan masyarakat. Dan menurut saya sosiologi sangatlah penting bagi karakter watak seperti saya.
      Uang merupakan benda yang di gunakan sebagai alat tukar dalam masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Akan tetapi dalam mencari ilmu, uang adalah hal yang dapat di kesampingkan bagi saya.
Menurut saya uang bukanlah segalanya dalam mencari ilmu pengetahuan, karena saya sudah membuktikannya sendiri kalau hal tersebut tidaklah nyata. Pada waktu saya sekolah di tingkat Madrasah Tsanawiyah ( MTS ) sampai Sekolah Menengah Atas ( SMA ) saya berada di pondok pesantren. Menurut saya uang bukanlah segalanya, karena pada saat sekolah biasanya saya dikasih uang yang gak nentu, kadang dikasih uang kadang tidak. Walaupun saya berangkat dari pondok pesantren ke sekolah tidak membawa uang, saya rasa tidak masalah asalkan saya makan sebelum berangkat. dan biasanya kalau saya kelaparan dan kebetulan tidak punya uang, saya mencoba meminum air yang banyak agar bisa mengganjal rasa lapar saya. 
Tak terasa sudah saya belajar 6 tahun di pondok pesantren sekaligus sekolah saya yang di asuh oleh kiai yang sangat baik hati. Pada saat saya ingin berangkat Universitas Trunojoyo Madura tak lupa saya sowan dulu ke pesantren saya yang mana menurut saya itu adalah hal yang wajib yang menandakan bahwasanya saya tidak lupa dengan dimana tempat saya menuntut ilmu dan dimana ahlak saya dididik dan alangkah terkejutnya saya pada saat saya ingin berpamitan untuk langsung pulang karena pada waktu itu waktu sudah lumayan agak siang. Saya di kasih amplop berisi uang yang di kasihkan oleh pak kiai saya “ astaghfirullah “ujarku yang sontak langsung ingin mengembalikan amplop tersebut tapi di tolak oleh pak kiai saya. “ Kajejen been edissak ( untuk jajanmu di sana ) “ Dawuh beliau. Se habis pulang dari dalem pak kiai di pesantrenku saya langsung berfikir “ apakah pantas bagi saya untuk tidak belajar bersungguh-sungguh disana, sedangkan saya sendiri di kasih pesangon yang di kasih langsung oleh pak kiai, berarti kala  saya tidak bersungguh-sungguh dalam menuntut disana sama halnya saja membohongi orang tua saya dan pak kiai saya” ujarku dalam hati. 
Pada saat pengumuman jalur pendaftaran SNMPTN atau SPANPTKIN  di Universitas Trunojoyo Madura dan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel saya langsung gercep ( Gerak Cepat ) untuk mendaftarkan diri saya. Akan tetapi tuhan berkehendak lain saya tidak diterima dalam dua Universitas tersebut dengan jalur SNMPTN ataupun SPANPTKIN. Saya tidak berputus asa dan kemudian saya mendaftarkan diri saya di jalur SBMPTN dan sekarang pilihan pertama saya adalah Universitas yang saya masuki sekarang ini yaitu Universitas Trunojoyo Madura dan alhamdulillah lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan walaupun harus membayar UKT 1jt per semester dan itupun sudah saya anggap murah di banding UKT teman-teman saya yang kebanyakan mendapatkan UKT kelas 6 ( 3jt ).
Saya sangat bersyukur kepada Allah karena saya masih diberi kesempatan untuk bisa belajar menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mana di luaran sana juga banyak anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi namun terhalang oleh biaya.
Pada saat belajar di Universitas Trunojoyo Madura tersebut memang harus banyak-banyak mengeluarkan uang. Mulai dari membayar UKT, makan setiap hari, membeli kebutuhan pribadi dan kebutuhan kampus serta printing tugas kuliah. akan tetapi semuanya kembali pada diri kita sendiri, kalau kita bisa mengirit uang kemungkinan 100k bisa untuk berhari-hari akan tetapi sebaliknya, jikalau kita mempergunakan uang hanya untuk berfoya-foya kemungkinan 100k itu buka hanya untuk 1 hari akan tetapi hanya dalam satu waktu.
      Mencari ilmu haruslah di kuatkan dengan niat karena walaupun kita susah dalam segi keuangan pasti tuhan akan memberikan kita jalan keluarnya karena tujuan kita adalah mencari ilmu. Berbalik arah dengan orang yang pergi ke sekolah atau kuliah hanya untuk gaya-gayaan atau pamer, yang hal itu hanya mentok ketika dia sudah pamer. ya sudah cukup karena tujuannya sudah tercapai.
Universitas Trunojoyo Madura menjadi saksi bisu bahwasanya di sini saya jarang makan karena irit uang akan tetapi hal itu tidak menyurutkan niat dan tekadku demi membanggakan orang tua saya dan tentunya keluarga-keluarga saya yang rela capek-capek demi membiayai perkuliahan saya. 
Janganlah berpegang pada prinsip “ Saya mendingan kerja saja karena saya tidak mempunyai uang yang cukup untuk kuliah “ stop perkataan itu. Dan dulunya saya juga berfikiran seperti itu pas waktu SMA akan tetapi rasa ambisiusku dalam menuntut ilmu sangat tinggi hingga mengantarkanku dapat berkuliah di perguruan tinggi.
Ingat, bahwasannya menuntut ilmu di perguruan tinggi itu tidak mudah, banyak para remaja di luaran sana yang ingin sekali menuntut ilmu di perguruan tinggi akan tetapi terhalang ekonomi yang kurang memadai. Maka dari itu, kita sebagai orang yang sudah di beri kesempatan oleh tuhan untuk belajar di jenjang dunia perkuliahan jangan sia-siakan kesempatan tersebut dan ingatlah ketika apa motivasi kita sehingga kita ingin belajar di dunia perkuliahan. Ingat orang tua yang berperan di belakang kita sebagai penyokong uang dan doa yang sangat tulus dengan harapan ingin anaknya menjadi orang yang hebat. Mari sayangi orang tua kita yang sudah rela-relaan membiayai kuliah kita dan buktikan bahwasanya kita itu bisa untuk sukses.

Tidak ada komentar:

BAGAIMANA JADINYA JIKA RADEN WIJAYA LEBIH MEMILIH KULIAH KE COIMBRA UNIVERSITY DARIPADA MENGAMBIL KEMBALI TAHTA KERAJAAN SINGASARI DARI JAYAKATWANG

Raden Wijaya merupakan salah satu Raja terkemuka di Nusantara, ia adalah pediri kerajaan Majapahit setelah berhasil mengalahkan ...