Selasa, 27 September 2022

PESANTREN KU

SEJARAH PONDOK PESANTREN
TANWIRUL HIJA
Oleh : Musthofa khairurrahman


 Baik, sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada kalian yang sudah rela meluangkan waktunya untuk mengunjungi blog saya dan saya harap kalian jangan pernah bosen ya ! Untuk mengunjungi blog saya. Selamat membaca 

   Pondok pesantren Tanwirul Hija terletak di kota sumenep kecamatan lenteng desa cangkreng yang tepat di timur kecamatan lenteng dan di apit oleh 4 desa, bagian barat desa cangkreng yang berbatasan langsung dengan desa poreh, bagian timur berbatasan dengan desa sendir, bagian utara dengan desa meddelan sedangkan bagian selatan berbatasan langsung dengan desa muangan. jarak antara desa cangkreng dengan kota sumenep masih berkisar 15km maka dari itu wajar saja jika pondok pesantren Tanwirul Hija disebut sebagai pondok pesantren yang berada di pelosok-pelosok. Tanwirul hija juga masih tercatat sebagai salah satu pesantren tertua di sumenep yang lahir pada tahun 1950M dan sekarang berumur kurang lebih 72 tahun.

Pondok pesantren Tanwirul Hija di dirikan pada tahun 1950 M oleh KH.Muhammad Khotib bin Abdurrahiem dan istrinya nyi Hj.Raudlahl binti H.Ishak yang pada waktu itu santrinya masih kurang lebih lima orang. diantaranya yaitu, KH. Moh. Ikhsan Lembung, KH. Abdurrahman Poreh, KH. Suwaid Pinggir Papas, KH. Abdul Gani Poreh dan K. Abdul Bari Poreh. 

 KH.Muhammad Khotib Bin Abdurrahiem 

KH.Muhammad Khotib bin Abdurrahiem kerap di kenal dengan sebutan Kiai anom ( kiai muda ). beliau di lahirkan di desa poreh pada tahun 1914M dari rahim seorang ibu yang sampai saat ini masih tidak diketahui namanya dan ayahanda Abdurahiem.
Semasa belajarnya, beliau menyatri di pondok pesantren asta tinggi kebunagung sumenep yang pada saat itu di asuh oleh KH.Abd sujak. Selanjutnya beliau menyantri di pondok pesantren Annuqayah late Guluk-guluk Sumenep yang di didirikan oleh KH.Moh.syarqawi pada tahun 1887.

Pada tahun 1944 M beliau menikah dengan nyi Hj.Raudlah yang kemudian pada tahun 1950 M berdirilah pondok pesantren Tanwirul Hija. Nama Tanwirul Hija berasal dari bahasa arab yang berarti" pencerahan akal " beliau mengambil nama tersebut bukan tanpa alasan, akan tetapi beliau menyesuaikan pada masyarakat yang waktu itu masih kental dengan tradisi agama hindu dan rasa trauma akibat kejamnya penjajahan dan dirasa perlu adanya pencerahan akal untuk lebih memahami agama Islam secara benar dan meninggalkan tradisi nenek moyangnya (agama Hindu) yang sangat bertentangan dengan hukum Islam, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan itu dalam kehidupan. 

Di tahun 1955 M Pondok Pesantren Tanwirul Hija mulai Berkembang, kini jumlah santrinya kurang lebih ada 30 orang, baik itu dari pulau madura sendiri maupun dari pulau jawa.
Karena kian pesatnya perkembangan Pondok Pesantren Tanwirul Hija serta kebutuhan para masyarakat akan pentinganya pendidikan maka pada tahun 1962 M berdirilah Madrasah ibtidaiyah ( MI ) kepala sekolah pertamanya adalah KH. Zaidi Hasan yang berasal dari desa Poreh dan merupakan santri pondok pesantren Tanwirul Hija sendiri. Semuanya itu tak luput adalah hasil kerja keras serta gigihnya KH.Khotib dalam memajukan Pondok pesantren ini.

Tahun 1977 M adalah tahun dimana masyarakat desa cangkreng dan lebih tepatnya keluarga pondok pesantren Tanwirul Hija mengalami hal duka yang mendalam. Yang mana pada saat itu KH.Khotib meninggal dunia, lebih tepatnya hanya berpindah alam karena ungkapan meninggal dunia tidak pantas di ungkapkan kepada orang se alim beliau . sebelum wafat, beliau masih sempat mengumpulkan dewan guru dan tokoh masyarakat untuk memilih dan menunjuk pengganti beliau setelah wafat untuk meneruskan kepmimpinan lembaga pendidikan di pondok pesanten Tanwirul Hija ke depan. Dan dalam musyawarah tersebut beliau menunjuk menantu ponakan dari istri yang merupakan suami dari Nyi, Hj. Rumanah yaitu KH. Asy’ari bin Mustafa dengan wakilnya KH. Imam Mawardi bin H. Muhtar sebagai penerus dengan hasil kesepakatan bersama antara dewan guru dan tokoh masyarakat pada waktu itu.

Setelah KH.Khotib wafat lambat laun banyak santri yang izin pamit pulang untuk meneruskan syiar dan menebarkan agama islam di daerahnya masing-masing. Kemudian banyak santrinya yang mambangun pondok pesantren seperti halnya KH.abul khoir yang membangun Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin di jambu dan KH.Rasyid yang membangun Pondok Pesantren Ar-Rasyidin di desa poreh, serta banyak lagi para santrinya yang tersebar di segala penjuru.
Walaupun pada akhirnya tidak ada satupun yang menjadi santri mukim pada saat itu tidak mematahkan semangat KH.Asyari dan KH. Imam Mawardi yang telah di amanahi oleh KH.Khotib. pada tahun 1980 M kemudian di dirikanlah Raudhatul Athfal ( RA ) pendidikan formal untuk anak anak di bawah umur. 

Demi semakin mengkukuhkan keberadaan pondok pesantren Tanwirul Hija, pada tahun 1989 M. Dibentuklah yayasan Tanwirul Hija yang langsung mendapat ijin penyelenggaraan dari pihak notaris. Dan pada tahun 1990 di dirikanlah pendidikan yang lebih tinggi yaitu, madrasah Tsanawiyah ( MTS ) pendirian ini tak luput juga karena usulan dari masyarakat karena kebutuhan pendidikan untuk anak-anak mereka. Dan pada tahun 1997 Pondok Pesantren Tanwirul Hija kemudian mendirikan TKA/TPA yang juga di praksarai oleh putra pertama beliau yaitu, K.Ahmad dumairi Asy'ari setelah pulang dari menimba ilmu di IAIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta.

           KH.Ahmad Dumairi Asy'ari S.Ag

Pada tahun 2002 KH.Asy'ari wafat pada saat haflatul imtihan dan wisuda purna siswa dan kepemimpinan Pesantren Tanwirul Hija kemudian di pimpin oleh Putra pertama dari KH.Asy'ari yaitu, K.Ahmad dumairi Asy'ari - Sekarang. Beliau menimba pendidikan formal Madrasah ibtidaiyah di Tanwirul Hija kemudian Ke Pondok Pesantren Annuqayah late dan di lanjutkan kuliah di IAIN SUNAN KALIJAGA Yogyakarta.
Semenjak kepemimpinan beliau, beliau di bantu oleh guru serta para saudaranya. Kemajuan demi kemajuan pesat dan pada Tahun 2006 kemudian berdirilah Sekolah Menengah Atas ( SMA ) hal tersebut juga tak luput dari kepiawaian beliau dan usulan dari para masyarakat, dan kemudian di angkatlah KH.Imam Hendriyadi bin KH.Zarkawi zaen ( seorang tokoh kiai di desa cangkreng sekaligus pengasuh pondok pesantren AL- Ifadah )

33 Tahun sudah Tanwirul Hija masih fakum dari keberadaan santri mukim, akan tetapi di kepemimpinan KH.Ahmad Dumairi Asy'ari yang di bantu oleh istrinya Fitriyatus Sholehah, sekarang santi mukim mulai hidup kembali dengan perlahan, dan  pada Tahun 2010 Pondok Pesantren Tanwirul Hija sudah resmi menerima santri mukim kembali dan para masyarakatpun berbondong-bondong memasrahkan anaknya di Pesantren Tanwirul Hija, baik dari kalangan masyarakat desa cangkreng sendiri sampai luar pulau daerah sumenep seperti kangean, manding dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu KH.Ahmad Dumairi Asy'ari juga menyediakan pelajaran yang sama halnya dengan santri mukim yakni Madrasa awaaliah dan Wustho, pendidikan tersebut di khususkan untuk belajar pelajaran kitab² dan pelajaran klasikal lainnya . Madrasah tersebut tidak hanya bisa di ikuti oleh santri mukin saja melainkan santri non mukim ( colokan ) juga bisa mengikutinya.

Pada Tahun 2012 karena melihat masyarakatnya akan kekurangan pendidikan di kalangan anak² di bawah umur, maka dengan sigap KH.Ahmad Dumairi Asy'ari kemudian mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) sehingga bertambahlah pendidikan di Tanwirul Hija pada tahun itu. 

Dari sejarah berdirinya hingga perkembangan dari generasi ke genarasi sampai sekarang. Pondok pesantren Tanwirul Hija mengalami kamajuan yang pesat. Sampai saat ini, sekitar 7 jenjang pendidikan telah di kelolanya. Kepemimpinan K. Ahmad Dumairi Asy’ari, S.Ag membawa nuansa baru bagi pondok pesantren Tanwirul Hija. Bukan hanya dalam bidang pendidikan formal non formal saja yang mengalami perkembangan pesat. Dari sektor sarana prasarana juga tidak kalah mengalami perkembangan serupa. Seperti yang terlihat sekarang ini, fasilititas pembangunan yang sudah memadai dan tidak kalah megah menterengnya dari beberapa pondok pesantren lainnya, dimana hal tersebut juga dibarengi dengan ketersedian sarana prasarana guna menunjang keberadaan pendidikan yang dikelola.

Sumber : Penulis Samsul Supid 
"SEJARAH PONDOK PESANTREN TANWIRUL HIJA | PONDOK PESANTREN TANWIRUL HIJA" https://ponpestanwirulhija.wordpress.com/2013/09/23/sejarah-pondok-pesantren-tanwirul-hija/

Terus ikuti Blog saya ya, karena Next saya akan mengulas kisah karomah dari KH.Khotib Bin Abdurrahiem Yang sekaligus Pediri Pondok Pesantren Tanwirul Hija serta Pediri NU Di kecamatan Lenteng

 
                    


Kamis, 22 September 2022

Kota Sumekar

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih kasih karena telah menyempatkan waktunya untuk mengunjungi blog saya, jika ada saran dan komen tulis di kolom komentar ya !
Selamat membaca


                THE SOUL OF MADURA

https://www.harianbhirawa.co.id/bantuan-rumah-layak-huni-bakal-diterima-1-750-warga-kabupaten-sumenep/

Mengapa sumenep mempunyai julukan THE SOUL OF MADURA?
Kata "Soul" berarti jiwa, yang merupakan inti dari kehidupan dan Berarti sumenep adalah jiwa dari madura, lantaran sumenep di jadikan cermin, baik itu dari segi adat, budaya, religi, dan sebagainya. 

A. Sejarah Sumenep ( Madura )

Berbicara tentang sejarah sumenep, berarti juga berbicara tentang sejarah madura, karena inti pulau madura adalah pulau sumenep

Ada legenda yang mengatakan bahwa pulau madura berawal dari kisah kerajaan yang tepat di sebelah selatan pulau sumenep namanya kerajaan medangkamulan. pada saat itu anak sang raja hamil hanya karena bermimpi melihat bulan purnama yang lama kelamaan masuk kedalam diri puteri raja tersebut, ketika terbangun sang putri terkejut karena mendapatkan perutnya yang sudah buncit.
Seketika sang raja murka ketika mendengar puterinya kedapatan hamil di luar nikah, lalu sang raja memerintahkan kepada sang patih untuk membawa puterinya ke pulau sebrang dan membunuhnya di pulau tersebut, tetapi sang patih tidak membunuhnya di karenakan rasa kasihannya yang amat besar.
Kemudian dari kehamilan tersebut lahirlah seorang bayi laki-laki yang di beri nama raden sangara. 
Pulau tersebut di namakan pulau madura karena pada saat raden sangara dan ibunya pertama kali sampai di pulau tersebut ia tiba di tanah yang lapang.Dalam bahasa Madura tanah lapang disebut ra-ara atau hampir sama dengan ara-ara dalam bahasa Jawa. Di sudut tanah yang lapang kemudian raden sangara melihat sebuah pohon yang di kerumuni lebah dan dengan anehnya lebah-lebah tersebut pergi seolah-olah membiarkan raden sangara mengambil madu tersebut. Maka pulau tersebut di namakan pulau madura "Madu era " yang berarti madu di tanah lapang.

Asal mula pulau sumenep ( Madura ) ini bermula dari seorang raja yang bernama Arya Wiraraja.
Disebutkan bahwasanya Arya Wiraraja merupakan seorang penasihat sekaligus kepercayaan Raja Kertanegara dari Singasari.
Saat itu, Kertanegara bertekad untuk melakukan penyerangan ke Sumatera, yaitu Kerajaan Sriwijaya. Namun, Arya Wiraraja memberikan pandangan yang berbeda dengan kemauan Kertanegara, Arya Wiraraja menyarankan raja untuk menunda serangan, atau mengirim telik sandi terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan musuh.
Selain itu, Arya Wiraraja juga menyarankan agar Kertanegara mengantisipasi kemungkinan serangan dari Tartar, karena Kertanegara telah menghina utusan Kubilai Khan.
Ternyata usulan Arya Wiraraja itu membuat Kertanegara marah. Sang raja lantas “menyingkirkan” Wiraraja dengan menjadikannya Adipati di Madura Timur atau Sumenep sekarang. Penunjukan Arya Wiraraja menjadi Adipati Sumenep terjadi pada 31 Oktober 1269, yang saat ini ditetapkan sebagai hari jadi kota sumenep

B. Adat dan Budaya Sumenep
Berbicara tentang adat sumenep tentu juga membicarakan adat madura, tapi ada beberapa adat yang memang khas dari sumenep. Berikut adalah beberapa adat dan budaya di sumenep

1. Tembang macapat ( Macopat )
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu. Macapat di Madura lebih dikenal dengan istilah macopat yang mana pembacaan tembangnya lebih mengutamakan pada cengkok, karena memang tradisi ngejung lebih diperindah oleh cengkok pada sebuah syair atau kata-kata, dan hal ini masih banyak dilakukan oleh orang-orang Madura di bagian timur (Sumenep).

2. Nyadher ( Petik Laut )

Nyadher ( Petik laut ) di istilahkan sebagai ucapan syukur para nelayan kepada laut
Petik laut merupakan warisan leluhur yang di sebut sedekah kepada laut. Yang mana selama satu tahun telah menjadi tempat mereka mencari rezeki. 
Biasanya petik laut ini di adakan tiap tahunnya oleh masyarakat 

3. Hadrah 

Mungkin tidak asing dengan kata Hadrah, ya, karena kesenian hadrah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.
Hadrah adalah sebuah musik yang bernafaskan Islami yaitu dengan melantukan Sholawat Nabi diiringi dengan alat tabuhan dengan alat tertentu. Hadrah menjadi kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Dan sekarang, kesenian hadrah termasuk kesenian yang masih eksis di kalangan masyarakat sumenep.

4. Tandhe' ( Topeng )
Kesenian di Sumenep Madura yang cukup terkenal hingga ke Jepang adalah kesenian Topeng ( Tandhe' ). Tradisi seni ini memiliki kesamaan dengan ludruk, cuma perbedaannya terletak pada aktor yang menggunakan topeng saat pentas. Sedangkan cerita yang diangkat seputar kerajaan yang di dalamnya juga terdapat mitos-mitos.
Topeng terkenal sampai ke Jepang, karena pada tahun 80an, seniman topeng Sumenep pernah mempromosikan kesenian ini ke negara Sakura tersebut. Akhirnya, kesenian ini pun populer sehingga layak menjadi ikon kebudayaan dari Indonesia

5. Saronen

Saronen merupakan kesenian populer yang berasal dari Sumenep Madura. Tradisi ini masuk ke dalam kategori seni musik, yang cara pementasannya dengan cara berjalan kaki dan dilakukan secara bersama-sama. Alat musik Saronen bermacam-macam dan termasuk alat musik tradisional seperti ghung, gendhang, kenong dan korca.
Sejatinya, Saronen sendiri merupakan sebuah alat musik tiup yang mirip dengan terompet. Akan tetapi pada bagian ujungnya terdapat motif seperti kumis, yang jika pemain meniupnya maka bibir tidak akan terlihat. Alat musik ini terbuat dari kayu jati sehingga lebih awet dan alunan suaranya lebih merdu.

6. Ludruk
Kesenian ini berbentuk drama tradisional yang dimainkan di atas pentas. Sedangkan cerita yang menjadi alur pementasan, biasanya seputar sejarah yang masih terkait dengan kerajaan-kerajaan di nusantara.
Kesenian ludruk terbagi menjadi tiga sesi yaitu sesi pertama acara pembukaan atau istra yang berisi tari-tarian tradisional. Sedangkan sesi kedua adalah acara lawak dan yang terakhir baru penceritaan yang masuk ke dalam acara inti. Karena acaranya cukup banyak, biasanya ludruk baru selesai hampir dini hari dan dimulai dari jam 22.00.

7. musik tong tong
Musik tong tong merupakan jenis musik kuno dari madura. Kata tong tong berasal dari tiruan bunyi yang menyebut salah satu kelompok alat musik. Istilah bahasa madura perreng atau bambu

8. Kerrapan sapeh ( Kerapan sapi )

Kerapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit.


Sumber: wawancara dari guru sejarah MTS Tanwirul hija sumenep dan memang ahli di bidang sejarah ( Bapak Homaidi ) dan juga sumber dari http://sumenepkab.go.id

Sekian dari saya dan mohon maaf jika ada salah kata dan salah ucap karena kita sebagai manusia tidak pernah luput dengan yang namaya kesalahan.
Terima kasih.
March 21, 2022By

8 Kesenian di Sumenep Madura yang Masih Lestari

Sumenep merupakan sepetak tanah di Pulau Madura yang menjadi gudangnya kebudayaan. Di Kabupaten yang berjuluk Sumekar ini, tumbuh subur aneka jenis kesenian tradisional yang masih lestari hingga saat ini. Maka dari itu, kami perlu untuk mengupas kesenian di Sumenep Madura tersebut, supaya pembaca bisa mendapatkan pengetahuan detail darinya.

Untuk itu, di artikel berikut ini, terdapat beberapa jenis kesenian yang populer di Kabupaten Sumenep Madura. Sebagian di antaranya telah menjadi ikon Bumi Garam yang pementasannya dilakukan setiap saat. Ini kesenian-kesenian yang dimaksud:

1. Saronen

Saronen merupakan kesenian populer yang berasal dari Sumenep Madura. Tradisi ini masuk ke dalam kategori seni musik, yang cara pementasannya dengan cara berjalan kaki dan dilakukan secara bersama-sama. Alat musik Saronen bermacam-macam dan termasuk alat musik tradisional seperti ghung, gendhang, kenong dan korca.

Sejatinya, Saronen sendiri merupakan sebuah alat musik tiup yang mirip dengan terompet. Akan tetapi pada bagian ujungnya terdapat motif seperti kumis, yang jika pemain meniupnya maka bibir tidak akan terlihat. Alat musik ini terbuat dari kayu jati sehingga lebih awet dan alunan suaranya lebihDulunya, orang memainkan musik tong-tong dengan cara tradisional. Yaitu, mereka berjalan keliling kampung sembari memainkan alat musik dari balok kayu, yang bagian tengahnya dilubangi agar bisa mengeluarkan suara saat dipukul. Alat musik ini pula yang masyarakat memfungsikannya untuk mengabarkan terjadinya kebakaran maupun pencurian.

Di Sumenep Madura, kesenian musik tongtong mulai bergeser. Sekarang, musik tongtong telah lebur dengan musik saronen seperti gendang, kolenang dan seruling. Bahkan di parade musik ul daul, musik tong tong mulai terelaborasi dengan alat musik modern seperti keyboard danDulunya, orang memainkan musik tong-tong dengan cara tradisional. Yaitu, mereka berjalan keliling kampung sembari memainkan alat musik dari balok kayu, yang bagian tengahnya dilubangi agar bisa mengeluarkan suara saat dipukul. Alat musik ini pula yang masyarakat memfungsikannya untuk mengabarkan terjadinya kebakaran maupun pencurian.

Di Sumenep Madura, kesenian musik tongtong mulai bergeser. Sekarang, musik tongtong telah lebur dengan musik saronen seperti gendang, kolenang dan seruling. Bahkan di parade musik ul daul, musik tong tong mulai terelaborasi dengan alat musik modern seperti keyboard dan gitar. gitar. merdu.

Senin, 05 September 2022

Seorang Maba Dari Sumenep

      SEORANG MABA DARI SUMENEP

Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada kalian yang telah mengunjungi blog saya, jika ada saran dan kritik mohon untuk di tuliskan di kolom komentar ya

Pertamanya saya mendaftar di dua univ 1. Uin sunan ampel dan 2. Universitas Trunojoyo Madura.
Pada suatu hari saya sowan ke kiai saya, guna mencari petunjuk PTN mana yang sekiranya baik untuk saya kedepannya dan pada saat itu saya sudah mendaftar di dua univ, Jalur SNMPTN (UTM) Dan jalur SPAN PTKIN (Uin Sunan Ampel). dan kata kiai saya, "jangan di sunan ampel surabaya, di sana pergaulannya terlalu bebas, cari daerah madura saja soalnya kamu masih jenjang S1 dan masih baru kenal yang namanya perkuliahan".

Dari dua univ tersebut tidak ada yang menerima saya di jalur SNMPTN maupun SPAN PTKIN tapi saya tidak putus asa, saya mengikuti jalur SBMPTN dan sekarang pilihan pertama saya di UTM dan Alhamdulillah di terima. 

Pada saat hari pertama ospek univ saya kagum akan banyaknya maba pada tahun 22 dan katanya, maba 22 menembus rekor dari maba² sebelumnya.

Tak terasa ospek univ sudah terlewati sekarang sudah memasuki ospek fakultas, semakin banyak relasi yang aku temui dan saya semakin kagum bahwasanya kampus UTM ini dikenal mulai dari ujung barat Indonesia hingga ujung timur Indonesia mulai dari Papua, aceh, sulawesi, sumatra serta berbagai provinsi² dan kota² lainnya berkumpul guna belajar bersama dan mencari ilmu di kampus Universitas Trunojoyo Madura.

Ospek Fakultas sudah usai, kini saya telah memasuki ospek terakhir, yaitu ospek prodi, dari sini saya menggali banyak relasi dan tau apa itu arti ke toleransian dalam beragama, karena kebetulan teman saya non islam pada saat itu. 

Pada hari senin tanggal 22 Agustus 2022 perkuliahan sudah di mulai, kini saya resmi menjadi Mahasiswa sekaligus hari pertama Mengikuti mata kuliah sebagai Mahasiswa. 
di hari pertama masuk kuliah, tentu sangat semangat bagi saya untuk mengikuti mata kuliah. dan saya rasa semua dosennya itu  ramah dan baik². dan Alhamdulillah hari demi hari bisa beradaptasi dalam hal lingkungan maupun pertemanan. 

Mungkin hanya ini sekilas cerita tentang sebelum dan waktu saya menjadi mahasiswa baru di Universitas Trunojoyo Madura. mungkin kalau ada salah kata dan salah ucap dari saya, saya minta maaf yang se besar besarnya 

Sekian terima kasih.
  
                         Musthofa khairurrahman
                                             Sosiologi 1D

BAGAIMANA JADINYA JIKA RADEN WIJAYA LEBIH MEMILIH KULIAH KE COIMBRA UNIVERSITY DARIPADA MENGAMBIL KEMBALI TAHTA KERAJAAN SINGASARI DARI JAYAKATWANG

Raden Wijaya merupakan salah satu Raja terkemuka di Nusantara, ia adalah pediri kerajaan Majapahit setelah berhasil mengalahkan ...