Cerpen ini saya tulis atas dasar fakta yang memang banyak terjadi di lapangan dan pengorbanan seorang ibu yang memang sebegitu kerasnya untuk seorang anak tercintanya. Mengingat juga dua hari lagi udah mau hari raya idul fitri. Saya ingin mengucapkan mohon maaf lahir dan batin buat yang menjalankan.
Selamat membaca.....
Malam itu
merupakan suatu malam yang sangat istimewa bagi umat islam di seluruh penjuru
dunia. Ya, karena malam itu merupakan malam hari raya idul fitri yang biasanya
para anak muda pergi bertamasya bersama pasangannya, para orang tua menggemakan
takbir di semua sudut-sudut musholla, dan anak kecil yang menyalakan kembang
api dengan suka ria.
Lain halnya
dengan radit yang tengah merenung di sudut kamarnya karena tak punya baju
lebaran. Bukan hanya kali ini radit tak membeli baju lebaran, melainkan sudah
dari lima tahun silam setelah meninggalnya mendiang ayahnya. Ibunya yang
bekerja sebagai tukang jual gorengan keliling hanya bisa menyogohkan sesuap
nasi kepada radit untuk setiap harinya. Kadang-kadang hanya untuk mencari
sesuap nasipun ibunya radit berhutang karean jualannya yang tak laku.
Radit : Bu, radit boleeeeh gak meminta satu aja baju
lebaran pada tahun ini
Ibu Radit : Dit, ibu tak punya uang, untuk makan
besok dan lusa pun ibuk masih mikir mau cari kemana
Radit : Masak radit gak pakai baju baru lagi di
tahun ini bu….
Ibu Radit : Yaudah, nanti ibu usahain untuk minjam
uang ke pak karno
Radit : Yaudah bu, tapi kalau emang gak ada gak papa
bu….
Ilham,
seorang teman radit yang bisa dibilang mampu kemudian menelfon radit untuk
diajaknya membeli baju lebaran
Ilham : Dit, ikut aku yuk, mau beli baju nihhh buat
besok, sekalian minta tolong buat cariin baju yang bagus buat aku
Radit : Eh, iya ayo ham, tapi jangan lama-lama ya
Ilham : Iya dit, santuy, yaudah aku otw ke rumahmu
ya
Kemudian
ilham sampai dirumah radit dan pergi ke toko untuk membeli baju ilham.
Sesampainya disana, ilham sedang memilah milih baju yang di sukainya dan radit
hanya mengamati baju-baju disana karena tak punya uang untuk membelinya. Radit
kemudian mencoba menanyakan baju berwarna hitam sami abu-abu yang berada di
pojokan karena saking pengennya ingin membeli baju baru.
Nanya dulu ahh, sapa tau bisa kebeli ( ucap radit
dalam hatinya )
Radit : Pak, ini harganya berapa ya?
Pak peilik toko : seratus lima puluh ribu dek
Radit : Gabisa kurang ya bang?
Pak peilik toko : Gabisa dek, itu sudah tinggal satu
Ya Allah aku pengen banget baju ini, semoga bisa
kebeli ( ucap radit dalam hatinya )
Radit : Ini tokonya tutupnya jam berapa ya pak ?
Pak peilik toko : Masih lama dek, kira-kira tutup
jam 00.00
Radit : Oke pak, nanti saya kesini lagi buat ngebeli
hitam semi abu yang dipojokan itu
Pak peilik toko : Iya dek, tapi saya tidak mau janji
ya.. takutnya udah dibeli orang lain, soalnya hanya sisa satu
Lalu radit
pergi ke parkiran untuk menunggu ilham yang sedang membayar baju pilihannya.
Ilham : Ehh dit, napa kamu kok gak jadi beli
bajunya?
Radit : Ehhh enggak ham, tadinya cuman nawar-nawar
aja
Ilham : Ohh yaudah ayoo kita pulang
Sesampainya
dirumah, radit melihat rumahnya sangat sepi karena lampu depan rumahnya yang
mati karena udah dua hari yang lalu lampunya mati
Ibu kemana ya..? (tanya radit dalam hatinya )
Tiba-tiba
radit menemukan sebuah surat di dekat kamar tidurnya
Isi
Surat
Dit, ibu keluar dulu ya…… kemungkinan pulangnya agak
malem. Ibu mau cari pinjeman ke tetangga-tetangga sambil mau menawarin radio butut peninggalan ayahmu. Insyaallah pulangnya nanti pasti bawa baju baru yang kamu
mau. Jangan lupa tutup pintunya kalau udah mau tidur.
Seketika
saja radit langsung menangis karena melihat perjuangan ibunya yang begitu keras
hanya untuk menuruti keinginan anaknya. Memang, membalas budi terhadap orang
tua terkhususnya seorang ibu tak kan lah bisa. Tapi mengapa masih ada seorang
anak diluaran sana yang tega menelantarkan ibunya, bahkan membunuh ibunya tanpa
memikir dan melihat siapa yang telah melahirkan dirinya.
Sangat banyak sekali saudara-saudara kita di luaran
sana yang tak bisa membeli baju baru pada saat lebaran, bahkan ada yang masih
bingung mencari makanan untuk hari esok yang tak tau mau mencari kemana.
Sedangkan kita, instan dan hanya tinggal duduk menunggu masakan ibu yang tak
tau cara bersyukur kepada tuhan yang melebihkan rezeki kita dibandingkan mereka
diluaran sana yang tak punya tempat tinggal.